29 Desember 2008
Selamat Tahun Baru Hijriyah 1 Muharam 1430 H
11 Desember 2008
Pasaman Barat Yang Kaya Tapi Miskin
08 Desember 2008
Hikmah Dibalik Idul Adha
Idul Adha kembali hadir di tengah-tengah kita. Idul Adha memiliki hikmah dan makna yang amat penting untuk ditangkap dalam perspektif ajaran agama yang substansial. Idul Adha merupakan ritual keagamaan yang sarat nuansa simbolik-metaforis yang perlu dimaknai secara kontekstual dalam pijakan nilai-nilai universal Islam.
- Ketika menyaksikan penyembelihan hewan qurban, ada satu pelajaran penting untuk kita renungkan. Ketika hewan qurban disembelih berarti menyembelih pula sifat-sifat kebinatangan yang ada padanya. Di sinilah hikmah penting bagi kita, di mana kita pun harus segera menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang ada pada diri kita. Banyak manusia yang telah jatuh derajatnya menjadi ”binatang”, sebab sifat-sifat bahimiyyah (kebinatangan) telah melingkupi perangai dan perllakunya. Sebagai makhluk yang terhormat tentu kita tidak ingin derajat kita jatuh menjadi binatang. Untuk itu sifat-sifat kebinatangan yang ada pada diri kita, seperti sifat rakus, serakah, pelit, mau menang sendiri, sombong dan lain sebagainya harus segera kita ”sembelih” dari diri kita. Inilah salah satu makna tersirat dari ibadah qurban yang jarang kita pahami.
- Ketika menyaksikan penyembelihan hewan qurban, kita juga menyaksikan bagaimana darah hewan qurban kita membasahi bumi ini. Di sana ada satu hikmah besar yang bisa jadikan pelajaran. Bila saat ini yang kita kurbankan untuk Allah adalah darah hewan qurban kita, suatu saat jika dibutuhkan kan kita juga harus siap mengorbankan darah dan jiwa kita untuk Allah SWT. Inilah bentuk pengorbanan terbesar yang harus berani kita tunjukkan kepada Allah sebagai bukti keimanan kita, sebagaimana yang telah didemonstrasikan pula oleh Nabiyullah Ibrahim dan keluarganya. Allah pada hakikatnya tidak membutuhkan apa-apa, termasuk persembahan. Perintah itu hanya untuk menguji ketaatan manusia dalam merespons pesan dan perintah Ilahi dan kesediaannya untuk tidak dikungkung kediriannya yang subyektif, atau impuls-impuls kejahatan yang menipu. Persembahan sekadar suatu simbol yang melambangkan makna yang lebih substansial, yaitu ungkapan ketaatan untuk mengembangkan nilai-nilai agama yang sejatinya selalu bersesuaian dengan nilai kemanusiaan perenial.
- Salah satu hikmah mengapa Allah menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba adalah bahwa Allah tidak mau manusia dijadikan kurban. Allah menjadikan hewan sebagai kurban. Ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang sangat mulia disisi-Nya. Maka sungguh aneh kalau di zaman sekarang ada orang yang dengan mudahnya mengorbankan sesama manusia demi mengejar kepentingan pribadinya. Dan tersirat pula pesan yang ingin memaklumkan manusia agar tidak lagi menginjak-injak manusia lain dan harkat kemanusiaannya. Secara historis pun ada pelajaran penting yang bisa kita renungkan. Pada masa Nabi Ibrahim hidup, sekitar 4300 tahun lalu, menjadikan manusia sebagai sesaji adalah hal biasa. Di Mesir kuno, setiap tahunnya selalu dilaksanakan kontes kecantikan, dan yang terpilih akan ditenggelamkan di Sungai Nil sebagai persembahan kepada dewa. Di Mesopotamia (Irak) yang dijadikan sesaji adalah bayi. Di Aztek, yang dijadikan sesaji adalah para pemuka agama. Digantinya Ismail dengan seekor domba menandai lahirnya revolusi besar dalam sejarah peradaban manusia, yaitu dihapuskannya pengorbanan manusia. Manusia itu terlalu mahal untuk dikorbankan. Hikmahnya, kita harus menghormati manusia, jangan mengorbankan manusia, bahagiakan manusia, dan bantu mereka yang membutuhkan bantuan.
- Salah satu hikmah terpenting dari momentum Idul Adha yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan bangsa saat ini, yaitu semangat dan keikhlasan untuk berkorban. Semangat untuk berkorban dengan tanpa pamrih pada dasarnya akan menumbuhkan solidaritas sosial masyarakat. Apalagi saat ini kita menyaksikan betapa bangsa dan negara kita tengah dilanda oleh berbagai fenomena musibah dan bencana alam yang teramat dahsyat. Banjir, tanah longsor, gempa bumi, lumpur panas, dan kebakaran terjadi di mana-mana. Gelombang bencana ini telah memporak-porandakan berbagai sendi kehidupan masyarakat. Fasilitas-fasilitas kehidupan pun mengalami kerusakan yang teramat parah. Jalan-jalan banyak yang rusak, rumah-rumah banyak yang terendam, harta benda lainnya banyak tidak dapat berfungsi seperti sediakala, akibat tidak dapat diselamatkan. Bencana ini pun menimbulkan trauma psikologis bagi warga masyarakat. Masyarakat menjadi panik, gelisah, dan khawatir jika bencana itu datang lagi. Semangat berkurban harus tercermin dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Semangat berkurban terutama harus ditunjukkan oleh para pemimpin dan kaum elit negeri ini. Tidak hanya rakyat yang diminta untuk berkurban, tetapi para pemimpin harus memberikan contoh. Tidak berkhianat terhadap amanah jabatan yang diembannya merupakan salah satu contoh pengorbanan yang dilakukan. Karena pengkhianatan terhadap amanah, hanya akan membawa bangsa ini pada kehancuran. Seseorang yang mengkhianati amanahnya biasanya memiliki sifat rakus dan tamak. Watak rakus dan tamak ini akan menempatkan kepentingan dirinya sendiri di atas kepentingan orang lain. Segala macam cara akan dipergunakan untuk mendapatkan berbagai jabatan dan kedudukan yang dianggapnya akan memperkaya dan menguntungkan diri dan kelompoknya. Jabatan akan dipertahankannya walaupun secara etika dan moral sudah tidak layak disandangnya, karena banyak anggota masyarakat yang menolak kepemimpinannya.
- Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, dua manusia terbaik yang ada di bumi telah berhasil mengangkat nilai martabat manusia pada kedudukan yang sesungguhnya, penghambaan secara total kepada Sang Khalik। Ibrahim menyerahkan putranya untuk disembelih dihadapan Allah, sebuah penggambaran totalitas ketertundukan seorang manusia kepada Tuhannya। Melalui Nabi Ibrahim, manusia telah melihat sebuah nilai pengorbanan yang bersih dari nilai-nilai kesombongan, keangkuhan, dan kesemuanya hanya tertunduk patuh pada-Nya. Kerelaan Nabi Ismail untuk disembelih merupakan perwujudan cinta kasih yang sangat luar biasa kepada sang ayah atas nama Tuhan. Ketika pengorbanan diminta, tak ada perdebatan, tak ada keberatan, tak ada penolakan sedikitpun, inilah manusia yang mulia yang mampu membebaskan dirinya dari belenggu nafsu yang selalu mengajak untuk cinta dunia secara mutlak.
Dari beberapa hikmah tersebut bisa kita ambil kesimpulan, dimasa-masa krisis yang melanda Indonesia saat ini...diperlukan pengorbanan untuk bisa hidup lebih berkualitas. Sumatera Barat yang saat ini juga telah merasakan dampak krisis global harusnya bisa mawas diri dan selalu bertawakal kepada Allah, mudah-mudahan badai krisis ini bisa segera mereda. Petani Kelapa Sawit, Petani Karet, Pengusaha angkutan, dan lainnya jangan cepat menyerah...Tetap berjuang demi kehidupan yang lebih baik.
Artikel disadur dari sini
01 Desember 2008
Setiap Satu Jam, Satu Pemuda Terjangkit AIDS
Setiap satu jam, seorang pemuda di Indonesia terjangkit HIV. Demikian menurut data Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). Sementara itu, berdasarkan data Departemen Kesehatan RI, hingga September 2008 tercatat 21.151 orang Indonesia telah terinfeksi HIV, 15.136 orang berada dalam fase AIDS, sebanyak 54,3 persen di antaranya adalah kaum muda usia 15-29 tahun.
"Persentase kaum muda dengan HIV/AIDS itu mengingatkan kita untuk segera bertindak guna menyelamatkan generasi penerus kita. Namun, bukan berarti kampanye kondom di kampus itu untuk melegalkan hubungan seks di luar nikah, intinya memberi informasi yang benar kepada generasi muda terhadap perilaku seksual beresiko," ujar Ketua KPAN Aburizal Bakrie seusai membuka Konferensi Kondom di JW Marriot, Jakarta, Senin (1/12).
Menurut Sekretaris KPAN Nafsiah Mboi, penularan virus HIV melalui hubungan seksual beresiko di Indonesia cukup tinggi, yakni sekitar 50,2 persen.
Ia juga menjelaskan tiga langkah pencegahan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV dan pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan. Ketiga langkah itu dikenal dengan A,B,C, yakni absyinence dengan berpantang melakukan hubungan seks sebelum menikah, be faithful dengan saling setia kepada pasangan, dan condom yang digunakan pada setiap hubungan seksual yang beresiko kehamilan tak direncanakan. "Penggunaan kondom ini yang paling perlu disosialisasikan. Ini tak hanya sekadar angka, tetapi juga fakta di lapangan bisa lebih lagi," ujarnya.
Sementara itu, menurut Country Director DKT Indonesia Todd Calahan, di Indonesia hubungan seksual di luar nikah itu sudah fakta di lapangan. "Melihat fakta tersebut, penggunaan kondom seharusnya digalakkan lagi, mengingat peredaran kondom di Indonesia hanya sekitar 100 juta dalam setahun, angka ini termasuk rendah. Tingkat penggunaan kondom yang relatif rendah ini karena lingkungan sosial yang masih belum sepenuhnya mendukung penggunaan kondom," kata Todd.
Sementara itu, gabungan tujuh perusahaan besar dalam Indonesian Business Coalition on AIDS (IBCA) telah melakukan beberapa upaya sosialisasi, seperti memasukkan isu AIDS dalam kurikulum di 10 SMP dan 10 SMU di Surabaya. "Kami juga sosialisasikan bagaimana pendidikan seks yang sehat pada usia remaja. Maka bentuk informasinya juga yang mengena untuk seusia mereka," ujar Shinta Widjaya Kamdani dari IBCA.
Diasadur dari sini
Tema Peringatan Hari AIDS Sedunia 2008
Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember diperingati untuk menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV.
Konsep ini digagas pada Pertemuan Menteri Kesehatan Sedunia mengenai Program-program untuk Pencegahan AIDS pada tahun 1988. Sejak saat itu, ia mulai diperingati oleh pihak pemerintah, organisasi internasional dan yayasan amal di seluruh dunia....diambil dari sini
Tema Hari AIDS Sedunia 1988 - 2005
Join the Worldwide Effort (Ikuti Usaha Kami Bersama) | |
Our Lives, Our World-Let's Take Care of Each Other (Hidup Kita, Dunia Kita-Marilah Kita Menjaga Diri Kita Bersama-sama) | |
Women and AIDS (Wanita dan AIDS) | |
Sharing the Challenge (Berbagi Tantangan) | |
A Community Commitment (Sebuah Komitmen Masyarakat) | |
Time to Act (Saatnya Beraksi) | |
AIDS and the Family (AIDS dan Keluarga) | |
Shared Rights, Shared Responsibilities (Hak Kita Bersama, Tanggung Jawab Kita Bersama) | |
One World. One Hope (Satu Dunia. Satu Harapan) | |
Children Living in a World with AIDS (Anak-anak yang Hidup dalam Dunia dengan AIDS) | |
Force for Change (Tekanan Menuju Perubahan) | |
Listen, Learn, Live! (Dengarkan, Pelajari, Hidupi!) | |
Men Make a Difference (Manusia Membawa Perubahan) | |
Out of Sight... Out of Mind (Tidak Terlihat... Tidak Terpikirkan) | |
54321 | |
Stigma and Discrimination (Stigma dan Diskriminasi) | |
Women, Girls, HIV and AIDS (Wanita, Perempuan, HIV dan AIDS) | |
05,06,07,08 | Stop AIDS. Keep the Promise (Hentikan AIDS. Jaga Janjinya) |
Mengapa tema kepemimpinan?
Sejak awal epidemi AIDS, pengalaman telah jelas memperlihatkan bahwa kemajuan terpenting dalam upaya penanggulangan HIV terjadi ketika ada kepemimpinan yang kuat dan berkomitmen. Para pemimpin dapat dibedakan oleh aksi, inovasi, dan visi yang mereka miliki; contoh yang mereka berikan dan bagaimana mereka melibatkan orang lain; selain juga kegigihan mereka dalam menghadapi tantangan dan hambatan.
Tapi pemimpin seringkali bukan mereka yang duduk di posisi tertinggi. Kepemimpinan harus ditampilkan dalam setiap tingkat agar dapat menang dari penyakit ini - dalam keluarga, di masyarakat, di negara-negara dan secara internasional. Banyak contoh-contoh kepemimpinan AIDS yang baik yang tampil di dalam lembaga masyarakat sipil yang menantang status quo. Menjadikan kepemimpinan untuk tema dua Hari AIDS Sedunia, 2007 dan 2008, akan membantu merangsang kepemimpinan AIDS pada segala tingkat dan sektor dalam masyarakat. Kami berharap tema tersebut dapat memberi inspirasi dan menumbuhkan pejuang-pejuang baru dalam berbagai kelompok dan jaringan baik di tingkat lokal maupun internasional.
Sebagai tema, kepemimpinan mengikuti dan mengembangkan tema tahun 2006 tentang akuntabilitas. Pada tahun 2006, sejumlah kemajuan penting telah dicapai dimana akuntabilitas memainkan peran penting. Pada tahun tersebut terjadi Pertemuan Tingkat Tinggi PBB tentang AIDS, di mana ditinjau perkembangan Deklarasi Komitmen tentang HIV/AIDS tahun 2001 - sebuah cetak biru penting untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium untuk AIDS. Tahun 2006 menandakan tahun ke-lima Deklarasi Abuja di Afrika. Tahun tersebut juga merupakan tahun dimana target-target nasional ditetapkan, atau seharusnya ditetapkan, oleh pemerintahan untuk mencapai Akses Universal terhadap Pengobatan, Pencegahan, Dukungan dan Perawatan pada tahun 2010. Selain itu, pada Konferensi AIDS Internasional tahun 2006, "akuntabilitas" menjadi kata kunci di sepanjang forum global tersebut, mencerminkan tema konferensi tersebut, yaitu "Time to Deliver".
Namun, walaupun ada upaya-upaya untuk menagih akuntabilitas dari para pemimpin di tahun 2006, kemajuan untuk menghentikan HIV masih sangat kurang. Lebih dari 25 juta orang telah meninggal akibat AIDS, dan 4.3 juta orang terinfeksi HIV di tahun 2006. Penyebaran HIV semakin meningkat -- dengan lebih banyak orang yang terinfeksi di tahun 2006 daripada di tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terjadi walaupun para pemimpin dunia telah berjanji untuk menyediakan layanan untuk mengendalikan laju infeksi dan untuk menurunkan angka kematian. Negara-negara G8 telah berkomitmen untuk AIDS yang sekarang harus ditepati. Dalam pertemuan tingkat tinggi lain, para pemerintah negara-negara kaya berjanji untuk meningkatkan pengeluaran untuk bantuan pembangunan hingga 0.7 persen dari anggaran belanja tahunan mereka. Kenyataannya hanya segelintir yang telah melakukannya. Dalam Deklarasi Abuja, para pemimpin Afrika berkomitmen untuk mengalokasikan 15 persen anggaran mereka untuk kesehatan. Ini hanya benar-benar terjadi di satu-dua negara, hanya sepertiga negara-negara Afrika yang menganggarkan lebih dari 10 persen. Janji-janji tidak ditepati karena tidak adanya kepemimpinan pada setiap tingkat.
Penggunaan tema
Sebagaimana tema-tema Hari AIDS Sedunia yang lalu, kepemimpinan telah dipilih sebagai konsep global yang longgar. Tema-tema kampanye lokal dan pesan-pesan Hari AIDS Sedunia lebih baik ditetapkan pada tingkatan nasional atau masyarakat, sehingga kampanye-kampanye tersebut dapat mencerminkan situasi khusus atau target masyarakat mereka. Sebisa mungkin, pesan-pesan lokal juga mencerminkan tema kepemimpinan ini, khususnya seputar Hari AIDS Sedunia. Hal ini membantu agar upaya-upaya nasional, regional dan internasional kampanye AIDS global dapat tampil maksimal. Juga apabila mungkin, kami menyarankan penggunaan slogan "Stop AIDS. Tepati Janji" dalam materi-materi Hari AIDS Sedunia yang akan dibuat.
Prinsip di balik semua upaya Kampanye Hari AIDS adalah bahwa pesan-pesan lokal sepatutnya mendukung upaya-upaya kampanye global. Apapun pesan yang paling tepat untuk kampanye AIDS dapat dipromosikan dengan tema kepemimpinan. Tema kepemimpinan ditawarkan sebagai wahana untuk menyatukan upaya dalam pesan global umum. Tema-tema Kampanye AIDS Sedunia memiliki beberapa fungsi kampanye, yaitu:
* membantu menggerakkan peliputan di media untuk AIDS dan Hari AIDS Sedunia.
* memberi akses terhadap materi-materi kampanye yang bermakna bagi lembaga-lembaga dengan sumberdaya terbatas.
* meningkatkan solidaritas dalam upaya penanggulangan AIDS global melalui kerjasama.
* menggerakkan aksi baik secara nasional maupun internasional sedemikian rupa yang tidak mungkin dilakukan oleh upaya-upaya skala kecil dengan mewakili pesan-pesan kampanye AIDS sedunia.
Dimana tema kepemimpinan tidak mencerminkan dampak upaya-upaya tingkat lokal, tema tersebut tidak perlu digunakan. Dalam segala situasi dimana tema kampanye global ini dilihat meniadakan suara-suara kampanye lokal, tema tersebut jangan digunakan. Tema global ini hanya merupakan prinsip organisasi longgar yang seharusnya memperkuat upaya-upaya kampanye yang sudah ada ataupun yang baru muncul.
Satu keuntungan dengan menggunakan tema ini, khususnya seputar Hari AIDS Sedunia, yaitu tema tersebut dapat memberikan wahana untuk mempromosikan isu-isu AIDS yang secara universal diakui. Media massa, pemerintah, pelaku bisnis lokal, dan berbagai organisasi secara lokal maupun global mendukung Hari AIDS Sedunia, beserta tema tahunan yang menyertainya, sebagai kesempatan untuk mendemonstrasikan komitmen dan upaya-upaya mereka untuk AIDS. Karenanya tema tersebut dapat dimanfaatkan oleh banyak kalangan untuk kepentingan mereka. Kampanye-kampanye yang dilakukan dapat secara khusus berorientasi kepada pemerintah, misalnya, "Kepemimpinan untuk pengobatan sekarang juga: kami masih berguguran. Stop AIDS. Tepati Janji". Atau kampanye tersebut dapat dirancang untuk memobilisasi sektor-sektor tertentu, misalnya "Pekerja tekstil, pimpin perjuangan melawan AIDS di tempat kerjamu". Tema kepemimpinan dirancang sefleksibel mungkin untuk mengakomodasi keperluan-keperluan kampanye yang bervariasi.
Tim Pendukung Internasional Kampanye AIDS Sedunia akan bekerjasama dengan berbagai jaringan global untuk mengembangkan materi-materi yang dapat diadaptasi sesuai kebutuhan. Catatan-catatan dan pedoman-pedoman lainnya akan terus diterbitkan sepanjang tahun. Sebagaimana tahun 2006, poster, leaflet dan CD-ROM akan dikembangkan dan dibagikan. Materi-materi ini dapat diperoleh sekitar bulan Agustus 2007 dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Perancis, Spanyol, Rusia, Swahili dan Inggris. Versi-versi lain, khususnya bahasa-bahasa Afrika, juga akan ditawarkan lewat distribusi elektronik.
Latar belakang tema-tema Hari AIDS Sedunia
Tujuan utama Kampanye Hari AIDS dari tahun 2005 hingga 2010 adalah untuk memastikan para pemimpin dan pembuat keputusan untuk menepati janji-janji mereka untuk AIDS, termasuk juga provisi Akses Universal untuk layanan Pengobatan, Perawatan, Dukungan dan Pencegahan pada tahun 2010. Dalam misi lima tahun tersebut, tema-tema kampanye tahunan dipilih yang sesuai jaman, relevan dan dapat dengan mudah disesuaikan dengan wilayah-wilayah yang berbeda dan isu-isu yang berbeda.
Tema Hari AIDS Sedunia telah ditemtukan oleh Kampanye AIDS Sedunia sejak 1997. Sejak itu, kampanye tersebut berkembang menjadi bentuk yang sekarang, dengan dipimpin oleh komite yang terdiri dari jaringan-jaringan AIDS global. Global Steering Committee Kampanye AIDS Sedunia menentukan tema kepemimpinan pada pertemuan steering committee ke-lima di Jenewa pada tanggal 8 dan 9 Pebruari 2007. Global Steering Committee ini terdiri dari Global Network of People Living with HIV/AIDS, International Community of Women Living with HIV/AIDS, Youth Coalition, the Global Unions Programme on HIV/AIDS, International Council of AIDS Service Organisations, Ecumenical Advocacy Alliance, dan International Women’s AIDS Caucus. UNAIDS serta the Global Fund to Fight AIDS, TB and Malaria adalah anggota tanpa hak suara.
Pda tahun 2008 ini tema tersebut ditambahkan pemakaian kata "Young Make Different" yang mengartikan kepedulian anak-anak muda yang merupakan pencatat angka terbanyak untuk kasus HIV sebagai ujung tombak pembuat perobahan, dengan kreatifitas yang dimiliki perubahan itu bisa lebih menyentuh generasi yang akan menjadi penerus bangsa ini.
Pemeriksaan Status HIV Bagi yang Berisiko
Menurut pelaksana tugas Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama, Senin (1/12), di Jakarta, mengetahui status HIV juga merupakan kunci untuk memutus mata rantai penularan HIV.
Depkes mencatat, jumlah kumulatif orang dengan HIV positif yang pernah masuk layanan adalah sekitar 33.000 dan yang dilaporkan sebagai kasus AIDS adalah 15.136 orang per September 2008. Hasil surveil terpadu biolpogi perilaku tahun 2007 yang baru diluncurkan pada Oktober 2008 lalu memperlihatkan, tingginya prevalensi HIV pada kelompok berisiko tinggi di 8 provinsi dengan prevalensi HIV rata-rata pada kelompok wanita pekerja seks 7,8 persen dan pada kelompok pengguna narkoba suntik 52,4 persen.
Pemeriksaan dan konseling HIV sukarela (Voluntary Counseling and Testing for HIV/VCT) maupun pemeriksaan dan konseling HIV atas inisiatif penyedia layanan (Provider Initiated HIV Testing and Counseling/ PITC) merupakan pendekatan yang saling melengkapi untuk menjangkau lebih banyak sasaran yang tahu status HIV-nya. "Keduanya tetap memegang prinsip-prinsip dasar testing HIV yaitu consent, counseling dan confidentiality dengan pendekatan sedikit berbeda," ujarnya.
Kekhususan pada VCT adalah, klien datang atas dorongan dirinya karena merasa berisiko, atau atas motivasi kelompok sebaya atau kelompoknya, kebanyakan datang dalam tahap masih tanpa ada keluhan tentang kesehatannya. Adapun pada PIT C, pra konseling dilakukan karena dokter dan pasien sudah terjalin komunikasi, dan kebanyakan datang dengan gejala dan dokter curiga gejala-gejala ini terkait AIDS sehingga perlu ditegakkan diagnosisnya agar pasien bisa mengakses terapi yang tepat.
PITC berkembang karena pada praktinya di rumah sakit banyak kesakitan atau kematian yang dicurigai terkait dengan AIDS tetapi tidak dapat ditegakkan diagnosisnya, yang menyebabkan hilangnya peluang pasien untuk memperoleh pengobatan yang tepat bagi penyakitnya. "Lebih dini seseorang diketahui status HIV-nya, maka akan terbuka akses terhadap layanan pencegahan dan pengobatan yang tepat," kata Tjandra Yoga.
"Yang pertama kali diperkenalkan adalah, VCT tetapi kemudian dalam perkembangannya disadari bahwa jangkauan untuk mendorong orang tahu status HIV-nya secara sukarela ternyata sangat lambat dan tidak bisa mengimbangi laju epidemi HIV," ujarnya menambahkan. Oleh karena itu, ada kesepakatan tingkat regional untuk menggunakan dua pendekatan,VCT dan PITC, secara bersamaan.
Banyak negara sudah menggunakan dan menerapkannya secara harmonis dan terbukti bisa menjangkau sasaran yang lebih luas misalnya India, Thailand, Kamboja dan Vietnam. Program PITC ini baru mulai masuk dan mendapat perhatian dari kalangan praktisi klinis sejak tahun 2007 lalu. Karena masih dalam tahap pengembangan, PITC belum bisa sempurna dijalankan.
Depkes bekerja sama dengan jejaring ikatan profesi tengah menyusun standar operasional prosedur dan melaksanakan sosialisasi maupun pelatihan untuk PITC di kalangan klinisi. Berdasarkan pengalaman di negara lain, PITC dapat memp erluas jangkauan sasaran dan meningkatkan akses terhadap layanan pengobatan HIV/AIDS.
"Program itu sudah mulai diterapkan dan para pakar PITC serta VCT sudah bertemu dan sedang menyusun petunjuk pelaksanaannya. Yang perlu diperhatikan ke depan adalah, PITC dilakukan untuk kepentingan pasien dan harus bisa dipertanggungjawabkan secara profesional pelaksanaannya. Dukungan pendanaan dialokasikan melalui dana global fund untuk komponen AIDS mulai tahun 2009," ujarnya.
Disadur dari sini