Kamis, 04 September 2008 | |
Padang, Padek-- Ribuan hektar kebun sawit milik masyarakat di Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) terancam sia-sia. Sebab, bibit sawit yang digunakan masyarakat di Sungai Aur, Pasbar tidak terjamin kualitasnya. Produksi awal hingga usia enam tahun hasilnya cukup baik, tetapi setelah menginjak usia delapan tahun produksinya turun drastis. Hal tersebut diungkapkan anggota Komisi I, Marhadi Efendi. Menurutnya, biasanya dalam satu hektar produksinya mencapai 2 ton per panen tapi sesudah berumur 8 tahun turun drastis, hanya 500 kilogram. Artinya, hasil sawit tersebut tidak seimbang dengan biaya operasional. Peluang masyarakat mendapat bibit yang kurang unggul sangat besar mengingat tingginya harga bibit Rp46 ribu per batang dengan umur sekitar satu tahun. Akibatnya, petani hanya mengandalkan bibit hasil pembibitan alami yang dilakukan masyarakat dengan memanfaatkan buah sawit yang jatuh dari batang tanpa ada proses seleksi secara ketat dan tanpa sertifikasi. Ketua Komisi II DPRD Sumbar Yosmeri Yusuf menegaskan pemerintah daerah perlu memperbanyak penangkar benih unggul di daerah untuk memudahkan akses masyarakat. Selain itu, penangkar benih ini akan membuka peluang usaha baru bagi masyarakat sekitar dan menjadikan usaha perkebunan lebih efisien. Tanpa itu kata Yosmeri, usaha dan dana yang dikeluarkan masyarakat untuk perkebunan sawit dalam waktu singkat akan terbuang percuma. Bahkan berpotensi memiskinan masyarakat karena tanahnya sudah terlanjur menjadi kebun sawit yang tidak produktif. (geb) |
20 September 2008
Produksi Sawit Terancam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar